Gerakan Sekolah Sehat: Langkah Kecil, Dampak Besar untuk Bumi

Gerakan Sekolah Sehat: Langkah Kecil, Dampak Besar untuk Bumi

Kegitan GSS di SDN 035 Soka Kota Bandung

Perubahan iklim telah menjadi isu global yang mendesak. Kenaikan suhu bumi, cuaca ekstrem, dan naiknya permukaan air laut adalah beberapa dampak nyata dari perubahan iklim yang mengancam keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem. Di Indonesia, deforestasi menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim. Hilangnya hutan tidak hanya mengurangi penyerapan karbon dioksida, tetapi juga memicu berbagai masalah lingkungan lainnya.

Menanam Pohon dan Kebersihan Sekolah: Langkah Konkret

Menyadari urgensi masalah ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan Gerakan Sekolah Sehat (GSS). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa, guru, dan seluruh warga sekolah tentang pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu fokus utama GSS adalah mendorong partisipasi aktif sekolah dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

Sebagai bagian dari UPT Kemendikbudristek, BBPMP Jawa Barat menginisiasi gerakan menanam pohon dan menjaga kebersihan sekolah. Kegiatan ini mengajak seluruh warga sekolah untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. Dengan menanam pohon, sekolah tidak hanya berkontribusi dalam menyerap karbon dioksida, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan asri.

Dampak Positif Gerakan Sekolah Sehat

Gerakan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan sekolah, tetapi juga memiliki manfaat yang lebih luas. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Meningkatkan kesadaran lingkungan: Kegiatan menanam pohon dan menjaga kebersihan sekolah dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan.
  2. Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman: Sekolah yang hijau dan bersih akan memberikan suasana belajar yang lebih nyaman dan menyenangkan bagi siswa.
  3. Memperkuat kerja sama: Kegiatan ini mendorong siswa, guru, dan seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
  4. Menginspirasi masyarakat: Sekolah dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar dalam upaya pelestarian lingkungan.

Tantangan dan Peluang

Meskipun antusiasme sekolah dalam mengikuti gerakan ini sangat tinggi, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah perbedaan tingkat partisipasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebijakan daerah, dukungan dari kepala sekolah, dan ketersediaan sumber daya.

Namun, tantangan ini juga membuka peluang untuk perbaikan. Dengan terus melakukan sosialisasi dan memberikan dukungan yang memadai, diharapkan semakin banyak sekolah yang terlibat aktif dalam gerakan ini. Selain itu, penting juga untuk melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak swasta dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan di sekolah.

Gerakan Sekolah Sehat merupakan langkah yang sangat positif dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Dengan melibatkan seluruh komponen sekolah, gerakan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan sekolah, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Melalui kegiatan sederhana seperti menanam pohon dan menjaga kebersihan, kita dapat membuat perubahan besar bagi lingkungan.

Kontributor: PDM 11 BBPMP Jabar

Transformasi Digital Pengelolaan Dana BOS: Tantangan dan Peluang di Tahun 2024

Transformasi Digital Pengelolaan Dana BOS: Tantangan dan Peluang di Tahun 2024

Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) menjadi sumber pendanaan yang sangat penting bagi satuan pendidikan di Indonesia. Untuk memastikan dana tersebut digunakan secara efektif, efisien, dan transparan, pemerintah telah menerapkan berbagai sistem informasi, salah satunya adalah ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) dan SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah). Artikel ini akan membahas implementasi kedua sistem ini, khususnya dalam konteks pengelolaan dana BOS di tahun 2024.

ARKAS dan SIPLah: Pilar Transparansi dalam Pengelolaan Dana BOS

ARKAS telah menjadi instrumen utama dalam perencanaan dan monitoring penggunaan dana BOS di jenjang pendidikan dasar hingga menengah. Sistem ini memungkinkan sekolah untuk menyusun rencana anggaran secara rinci, memonitor realisasi anggaran, dan melaporkan penggunaan dana secara transparan. Sementara itu, SIPLah memberikan kemudahan dalam proses pengadaan barang dan jasa, sehingga meminimalisir potensi penyimpangan dan memastikan bahwa pengadaan dilakukan secara terbuka dan kompetitif.

Fokus pada PAUD dan Kesetaraan

Tahun 2024 menjadi tonggak penting bagi satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) dan kesetaraan, karena untuk pertama kalinya mereka diwajibkan menggunakan ARKAS dalam pengelolaan dana BOP. Alokasi dana BOP di Jawa Barat pada tahun ini disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap lembaga, dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Tantangan Implementasi ARKAS 4 dan SIPLah

Meskipun terdapat sejumlah kemajuan dalam penggunaan ARKAS dan SIPLah, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah adanya residu satuan pendidikan yang masih menggunakan ARKAS versi 3. Hal ini dapat menghambat upaya pemerintah untuk mencapai target 100% penggunaan ARKAS 4. Selain itu, peningkatan target penggunaan SIPLah di tahun 2024 juga menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi satuan PAUD dan kesetaraan yang baru pertama kali menggunakan sistem ini.

Peluang dan Harapan

Meskipun terdapat tantangan, implementasi ARKAS dan SIPLah membawa sejumlah peluang bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan adanya sistem informasi yang terintegrasi, proses pengelolaan dana BOS menjadi lebih transparan, akuntabel, dan efisien. Selain itu, data yang dihasilkan oleh sistem ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pendidikan.

Transformasi digital dalam pengelolaan dana BOS melalui penggunaan ARKAS dan SIPLah merupakan langkah yang tepat untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata. Pemerintah perlu terus berupaya untuk mengatasi tantangan yang ada, memberikan dukungan kepada satuan pendidikan, dan melakukan sosialisasi yang intensif agar sistem ini dapat diimplementasikan secara optimal. Dengan demikian, dana BOS dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan pendidikan nasional

Kontibutor: PDM 03A BBPMP Jawa Barat

Menggelorakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan: Menuju Pendidikan yang Lebih Baik

Menggelorakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan: Menuju Pendidikan yang Lebih Baik

Suasana 2 Minggu di Sekolah SDN Suryakencana CBM Kota Sukabumi
Fotografer: Taufik Rahman

Anak adalah aset bangsa. Masa pertumbuhan dan perkembangan mereka, terutama di usia dini, sangat krusial dalam membentuk karakter dan kecerdasan. Transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) menjadi momen penting yang menandai awal perjalanan panjang dalam meraih cita-cita.

Tantangan Lama, Solusi Baru

Selama ini, banyak anak yang merasa terbebani dengan tuntutan kemampuan baca, tulis, dan hitung (calistung) sejak dini. Tekanan untuk segera menguasai ketiga kemampuan dasar ini seringkali membuat anak kehilangan minat belajar. Padahal, anak-anak usia dini lebih senang belajar melalui bermain dan pengalaman langsung.

Merdeka Belajar: Sebuah Gerakan

Menyadari pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kebijakan “Merdeka Belajar Episode 24: Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan”. Kebijakan ini membawa angin segar dengan tiga target utama:

  1. Penghapusan Tes Calistung: Tidak ada lagi tes baca, tulis, dan hitung sebagai syarat masuk SD. Anak-anak diberi kesempatan untuk berkembang secara natural sesuai dengan ritme masing-masing.
  2. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang Menyenangkan: Dua minggu pertama di SD dirancang untuk membantu anak-anak beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru melalui kegiatan yang menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka.
  3. Penguatan Enam Kemampuan Fondasi: Fokus pembelajaran tidak hanya pada kognitif, tetapi juga pada aspek sosial, emosional, dan motorik anak.

Tantangan dan Solusi

Implementasi kebijakan ini tentu tidak mudah. Berbagai tantangan muncul, seperti perbedaan pemahaman antara guru PAUD dan SD, keterbatasan sumber daya, dan resistensi dari beberapa pihak. Namun, semangat kolaborasi dan inovasi terus mendorong perubahan.

Di Jawa Barat, misalnya, pembentukan Forum Komunikasi PAUD SD (Forkom PAUD SD) di setiap kabupaten/kota menjadi langkah strategis untuk memperkuat sinergi antara kedua jenjang pendidikan. Melalui forum ini, guru-guru dapat berbagi praktik baik, mengatasi masalah bersama, dan memastikan bahwa semua anak mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas.

Harapan Baru untuk Pendidikan Indonesia

Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan membawa harapan baru bagi pendidikan di Indonesia. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, kita dapat menumbuhkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.

Meskipun perjalanan masih panjang, semangat kolaborasi dan inovasi yang terus tumbuh menunjukkan bahwa perubahan menuju pendidikan yang lebih baik adalah mungkin. Mari bersama-sama mendukung gerakan ini agar setiap anak Indonesia dapat meraih potensi terbaiknya

Kontributor: PDM 09 BBPMP Jabar

Mutu Pendidikan Jabar Terus Meningkat

Mutu Pendidikan Jabar Terus Meningkat

BBPMP Jawa Barat menyatakan berfokus pada peningkatan Standar Pelayanan Minimal pendidikan di kabupaten dan kota.
Fotofrafer: Taufik Rahman

Bandung Barat – Upaya peningkatan mutu pendidikan di Jawa Barat terus digalakkan melalui berbagai strategi
dan kolaborasi lintas sektor. Ke pala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat, Sri Wahyuningsih menyatakan bahwa pihaknya berfokus pada peningkatan SPM (Standar Pelayanan Minimal) pendidikan di kabupaten dan kota melalui refleksi berkala serta optimalisasi teknologi digital.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren peningkatan indeks SPM terlihat jelas di hampir seluruh wilayah Jawa Barat, yang mencerminkan keseriusan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. “Melalui refleksi yang rutin dan sistematis, kita dapat mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan kebijakan pendidikan agar tetap relevan dan efektif,” ujar Sri Wahyuningsih seperti dilaporkan kontributor “PR” Dewiyatini, Rabu (21/8/2024). Sri mengatakan sejumlah daerah mencatatkan kenaikan signifikan pada indeks SPM mereka. Kabupaten Kuningan dengan indeks 81,88 dan Kabupaten Sumedang dengan 81,45 menjadi contoh daerah dengan pencapaian terbaik pada tahun 2024. Namun, masih ada daerah seperti Kabupaten Indramayu (64,03) dan Kabupaten Cirebon (67,67) yang tertinggal. Meski tren peningkatan ini patut diapresiasi, tantangan dalam mencapai SPM paripurna masih cukup kompleks. “Terbatasnya anggaran pendidikan, kompetensi guru yang belum merata, hingga koordinasi yang belum optimal antara dinas pendidikan, sekolah, dan stakeholder menjadi kendala yang sering kali dihadapi,” katanya.

Sri mengapresiasi daerah-daerah yang telah memanfaatkan teknologi digital, baik melalui aplikasi maupun media sosial, untuk memperbaiki mutu pendidikan. Pihaknya juga memperkenalkan berbagai inovasi, seperti Dasbor Induk Program Prioritas yang dikembangkan sebagai instrumen monitoring capaian program prioritas. Dasbor ini mempermudah akses data bagi dinas pendidikan kabupaten/kota sehingga mereka dapat terus memantau perkembangan program. Dalam menjaga kesinambungan peningkatan indeks SPM, BBPMP Jawa Barat juga menginisiasi Komunitas Belajar Ramah dan Asyik (KOBRA) yang menghubungkan kepala dan sekretaris dinas pendidikan di seluruh kabupaten/kota. Forum ini menjadi wadah bagi dinas pendidikan untuk saling berbagi informasi dan praktik terbaik. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto menyebutkan pihaknya berupaya untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, literasi, dan numerasi, dikoordinasikan dengan berbagai pihak. Ia mengakui disdik tidak bisa sendirian menjalankan tugasnya sehingga perlu terus memperluas akses, meningkatkan akses melalui melihat titik kritis yang terjadi di masyarakat.

Saat ini pihaknya masih menyelesaikan kendala berupa pola pikir yang ada di masyarakat, kepala sekolah, dan guru.Hal senada diungkapkan oleh Kadisdik Kabupaten Sumedang Dian Sukmara yang memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(Berita ini telah ditayangkan Mutu Pendidikan Jabar Terus Meningkat (pikiran-rakyat.com))

Penulis: Tim PRMN 06

Jawa Barat Rancang Strategi Percepatan Transformasi Pendidikan

Jawa Barat Rancang Strategi Percepatan Transformasi Pendidikan

Foto Bersama Kegiatan Refleksi Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar

Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) diberi tugas untuk mengawal pelaksanaan 14 (empat belas) episode Kebijakan Merdeka Belajar, sehingga diperlukan kolaborasi dan sinergitas dengan kabupaten kota yang ada di wilayah Jawa Barat dalam pelaksanaannya. Demikian Kepala BBPMP Provinsi Jawa Barat, Sri Wahyuningsih, dalam pembukaan kegiatan Refleksi Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar Semester 1 di Hotel Pesona Bamboe Lembang Kabupaten Bandung Barat Selasa, 20 Agustus 2024.


“Kewajiban BBPMP bersama Dinas Pendidikan sebagai pengampu Kebijakan Pendidikan di daerah adalah mendampingi satuan pendidikan untuk dapat bertransformasi, juga mengantarkan anak-anak didik dapat mempersiapkan diri menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas,” urai Sri lagi.

Kegiatan ini diselenggarakan sesuai dengan temanya, yaitu merancang strategi percepatan transformasi pendidikan di Jawa Barat, melalui refleksi dan evaluasi capaian progress implementasi Kebijakan Merdeka Belajar.


Kegiatan yang rencananya dilaksanakan Selasa s.d. Jumat, 20 s.d 23 Agustus 2024, dan diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan dan jajarannya dari 27 Kabupaten Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan perwakilan BBPMP Provinsi Jawa Barat ini, diharapkan dapat melakukan identifikasi capaian progress implementasi Kebijakan Merdeka Belajar Semester 1, refleksi dan evaluasi implementasi Kebijakan Merdeka Belajar, dan merancang strategi percepatan transformasi pendidikan di 27 kabupaten kota wilayah provinsi Jawa Barat.

Penulis: Mutia P

Skip to content