MPLS: Ajang Membangun Peserta Didik yang Berkarakter dan Berjiwa Sehat Melalui Internalisasi PPKSP

MPLS: Ajang Membangun Peserta Didik yang Berkarakter dan Berjiwa Sehat Melalui Internalisasi PPKSP

Pelaksanaan MPLS di SMA Negeri 8 Kota Bandung

Bandung Barat, 17/07/2024 – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan momen penting bagi peserta didik baru untuk mengenal lebih dekat program, tata kelola, sarana dan prasarana sekolah, cara belajar, serta menanamkan konsep pengenalan diri dan pembinaan awal kultur Sekolah.

Tahun Ajaran 2024/2025 ini, MPLS akan menjadi lebih istimewa dengan fokus pada internalisasi nilai-nilai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) dan kesehatan jiwa peserta didik.

MPLS: Lebih dari Sekedar Orientasi

MPLS bukan hanya tentang orientasi sekolah, tetapi juga tentang membangun karakter dan jiwa yang sehat bagi peserta didik. Melalui kegiatan yang edukatif dan kreatif, MPLS diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai positif seperti toleransi, rasa hormat, dan tanggung jawab.

Internalisasi nilai-nilai PPKSP dan kesehatan jiwa menjadi fokus utama MPLS tahun ini. Hal ini sejalan dengan amanat Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) dan salah satu fokus dalam Program Gerakan Sekolah Sehat (GSS) yaitu Sehat Jiwa.

Fokus pada PPKSP dan Kesehatan Jiwa

Kemendikbudristek telah menyediakan panduan sosialisasi PPKSP pada saat pelaksanaan MPLS yang dapat diakses di http://bit.ly/panduanmpls-ppksp. Panduan ini berisi materi yang sederhana dan efektif untuk digunakan di setiap jenjang pendidikan. Panduan ini berisi materi yang sederhana dan efektif untuk digunakan di setiap jenjang pendidikan. Berikut beberapa aktivitas MPLS yang terdapat pada panduan tersebut.

Aktivitas MPLS PAUD

  • Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
  • Mengajak orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit
  • Mengajak peserta didik untuk menonton film pendek pencegahan kekerasan: 20 menit
  • Mengajak peserta didik untuk mengenali emosi diri dengan aktivitas roda dan perasaan: 15 menit.
  • Melakukan deklarasi anti kekerasan: 20 menit.

Aktivitas-aktivitas di atas bisa dilakukan secara berurutan selama 90 menit. Tentunya, penyelenggara dapat melakukan adaptasi penyesuaian waktu sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut juga bisa dimanfaatkan guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

Aktivitas MPLS SD

  • Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
  • Mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit.
  • Mengajak peserta didik untuk menonton film pendek pencegahan kekerasan: 20 menit.
  • Memainkan permainan Boleh dan Tidak Boleh: 5 menit.
  • Mengajak peserta didik untuk mengenali emosi diri dengan Roda dan Catatan Perasaan: 15 menit.
  • Memasang poster bentuk-bentuk kekerasan: 15 menit

Kegiatan-kegiatan di atas dapat dilakukan secara berurutan dalam waktu 90 menit.

Aktivitas MPLS SMP

  • Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
  • Mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit
  • Mengajak siswa untuk menonton bareng film pendek pencegahan kekerasan
  • Memainkan permainan Mitos dan Fakta: 5 menit
  • Mengembangkan komitmen dan harapan melalui Kotak Harapan: 15 menit
  • Memasang poster bentuk-bentuk kekerasan di sekolah: 15 menit
  • Melakukan Deklarasi Antikekerasan: 30 menit
  • Menyebarkan aksi melalui kampanye media sosial: 15 menit

Aktivitas kreatif untuk MPLS 2024 jenjang SMP di atas bisa dilakukan secara berurutan dalam waktu 135 menit.

Aktivitas MPLS SMA 2024

  • Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
  • Mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit
  • Mengajak siswa untuk menonton film pendek pencegahan kekerasan: 20 menit
  • Memainkan permainan Mitos dan Fakta: 5 menit
  • Mengembangkan komitmen dan harapan melalui Kotak Harapan: 15 menit
  • Memasang poster bentuk-bentuk kekerasan di sekolah: 15 menit
  • Melakukan Deklarasi Antikekerasan: 30 menit
  • Menyebarkan aksi melalui media sosial: 15 menit

Daftar kegiatan MPLS SMA di atas dapat dilaksanakan secara berurutan selama 135 menit.

Mari ciptakan MPLS yang berkesan dan bermanfaat bagi peserta didik kita!

(PDM 07)

Peran Orang Tua dalam Mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan

Peran Orang Tua dalam Mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan

Flyer Webinar Peran Orang Tua dalam Mendukung Gerakan Transisi PAUD-SD yang Menyenangkan

Bandung Barat, 13 Juli 2024 – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Jawa Barat sukses menyelenggarakan webinar bertajuk “Peran Orang Tua dalam Mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan” pada Sabtu, 13 Juli 2024. Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom dan YouTube ini menarik perhatian luar biasa, dengan total peserta mencapai 1000 (seribu) orang di Zoom dan 22000 (dua puluh dua ribu) orang di live streaming YouTube.

Kepala BBPMP Jawa Barat, Sriwahyuningsih, membuka webinar dengan menekankan pentingnya transisi PAUD SD yang menyenangkan bagi peserta didik. “Dua minggu pertama sekolah merupakan gerbang pertama bagi anak-anak untuk memasuki fase transisi PAUD-SD,” tutur beliau. “Terbangunnya transisi yang menyenangkan membutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk orang tua, Bunda PAUD, dan satuan pendidikan.”

Sisilia Maryani, narasumber dalam webinar ini, menjelaskan lebih lanjut tentang peran orang tua dalam mendukung proses transisi. “Tidak semua anak mengalami proses penguatan kemampuan fondasi dengan baik,” jelasnya. “Oleh karena itu, diperlukan pembinaan yang tepat untuk membangun kemampuan dasar secara bertahap, bermakna, dan menyenangkan. Pastikan tidak ada patahan pembelajaran antara PAUD dan SD.” Beliau pun membagikan beberapa ide kegiatan bermain yang membangun kemampuan fondasi anak.

Sri Lilis Herliyanti, PIC PDM 09, menutup webinar dengan menyampaikan harapannya kepada orang tua dan Bunda PAUD. “Mari ajak anak-anak untuk mulai bersosialisasi dan membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, mengenal teman baru, guru baru, dan tempat baru,” pesannya. “Bunda PAUD juga diharapkan dapat mendampingi satuan pendidikan dalam memastikan tidak ada tes calistung pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), menerapkan MPLS bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, dan menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak di PAUD dan SD.”

Webinar ini memberikan pemahaman penting bagi orang tua dan Bunda PAUD tentang peran mereka dalam mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan. Melalui kerja sama dan sinergi antara orang tua, Bunda PAUD, dan satuan pendidikan, diharapkan anak-anak dapat melalui masa transisi dengan lancar dan menyenangkan, serta siap untuk memulai jenjang pendidikan selanjutnya dengan penuh semangat.

SALAM TRANSISI.

Penulis: PDM 09
Editor: PDM 07

MPLS DAN STUDENT WELLBEING

MPLS DAN STUDENT WELLBEING

Sumber: www.datadikdasmen.com

Tahun ajaran baru diawali dengan Masa Pengenalan Peserta Didik Baru (MPLS). Disamping berpedoman kepada program MPLS yang telah dibuat oleh pemerintah, sekolah bisa membuat program-program kreatif yang tujuannya untuk menyambut, melahirkan kesan positif, menumbuhkan rasa senang, serta memantik semangat belajar peserta didik baru.

MPLS dilaksanakan mulai dari 3 hari sampai dengan 2 minggu. Materi yang diberikan mulai dari perkenalan calon peserta didik baru, perkenalan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, observasi lingkungan sekolah, kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler biasa ditampilkan pada saat MPLS. Selain bentuk sosialisasi dan promosi, hal ini juga sebagai upaya untuk menarik minat peserta didik baru untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

MPLS juga diisi dengan permainan dan ice breaking sebagai bentuk hiburan dan mengusir rasa bosan peserta didik baru. Sudah bukan musimnya lagi pada saat MPLS, peserta didik baru diberikan tugas yang aneh-aneh yang kadang tidak ada relevansinya dengan tujuan MPLS sendiri karena hal tersebut hanya menyulitkan dan berpotensi melahirkan perpeloncoan dan perundungan terhadap peserta didik baru.

Dibalik program dan kegiatan yang sudah disusun oleh sekolah selama MPLS, agar kegiatan ini bermakna, daripada sekolah melaksanakan kegiatan yang sifatnya seremonial, menurut saya, sebaiknya melaksanakan hal-hal yang lebih substantif. Misalnya bagaimana menanamkan budaya disiplin, budaya tepat waktu, budaya malu, budaya tanggung jawab, dan kemandirian. Selain itu, karakter saling menghargai dan saling menghormati dalam keberagaman perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Dengan demikian, MPLS selain sebagai sebuah agenda awal tahun ajaran, juga dapat meujudkan student wellbeing (kesejahteraan pelajar) bagi peserta didik baru.

Pembiasaan hidup bersih dan sehat perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Mislanya, toilet training dan pembiasaan buang sampah pada tempatnya. Maksud dari toilet training bukan berarti membimbing peserta didik baru pergi ke toilet, membimbing cara buang air, dan membimbing cara membersihkan diri setelah buang air, tetapi maksudnya adalah bagaimana sekolah menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk menjaga kebersihan toilet sekolah. Keberadaan toilet sangat penting di sekolah. Toilet menjadi sarana vital. Apa jadinya jika sebuah sekolah tidak memiliki toilet atau toilet sekolahnya ada tetapi rusak? Pasti sekolah akan kesulitan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Kemudian pembiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Salah satu masalah serius adalah di masyarakat kita adalah masalah penanganan sampah, khususnya tingginya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Salah satu upaya untuk mengurangi sampah yang dihasilkan pada saat kegiatan MPLS misalnya menginstruksikan peserta didik baru membawa makanan dan minuman pada wadah atau tumbler yang bisa dicuci setelah digunakan. Toilet training dan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya bisa menjadi bagian dari program MPLS, khususnya penguatan pada aspek karakter.

Hal lainnya yang perlu dilakukan pada saat MPLS adalah pentingnya peserta didik menjaga dan memelihara lingkungan, mulai dari lingkungan fisik, seperti menjaga dan memelihara tanaman di taman sekolah, menjaga sarana sekolah, dan membangun budaya tertib dan budaya antri. Kampanye antiperundungan pun perlu menjadi agenda penting saat MPLS di tengah cukup seringnya terjadi kekerasan dan perundungan (bullying) di satuan pendidikan.

Peserta didik baru sebaiknya dibuat dalam beberapa kelompok. Dengan dipandu oleh pembimbing, mereka berkeliling untuk mengenal dan mengeksplorasi lingkungan sekolah. Pada saat berkeliling sekolah, pembimbing bisa meminta pendapat mereka terkait kondisi sekolah saat itu, apa harapannya untuk menciptakan sekolah yang dicita-citakan, dan apa hal yang bisa mereka lakukan untuk mewujudkan harapannya tersebut.

Sambutan yang hangat dari pendidik, tenaga kependidikan, kakak kelas. Kemudian lingkungan sekolah yang bersih, tertib, rapi, rasa aman, nyaman, dan rasa diakui sebagai keluarga baru di sekolah sangat penting untuk mewujudkan student wellbeing bagi peserta didik baru. Para peserta didik baru itu bukan hanya jadi objek, tetapi ikut dilibatkan dalam membangun student wellbeing pada saat MPLS.

Kesan yang baik yang didapatkan dari sekolah akan berdampak terhadap tumbunya rasa cinta dan bangga peserta didik baru terhadap sekolahnya. Mereka merasakan bahwa mereka belajar di tempat yang tepat. Oleh karena itu, semangat dan motivasi belajarnya pun akan meningkat. Mereka siap dan antusias dengan pembelajaran yang akan mereka ikuti.

Penulis: Idris Apandi

Pj. Bupati Kuningan Resmikan Studio 2 Mini Theater Edukasi untuk Generasi Muda

Pj. Bupati Kuningan Resmikan Studio 2 Mini Theater Edukasi untuk Generasi Muda


Pj. Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat meresmikan studio 2 mini theater edukasi di Puspa Siliwangi pada Minggu (7/7). Berbagai tokoh penting, termasuk Retno Raswaty dari Balai Media Kebudayaan (BMK) Kemendikbudristek RI dan Sri Wahyuningsih dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jabar Kemendikbudristek RI hadir dalam acara tersebut.

Kadisdikbud Kuningan, Uu Kusmana, mengungkapkan bahwa pembangunan mini theater edukasi ini adalah bagian dari komitmen pemerintah Kabupaten Kuningan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan di daerah tersebut. Proyek ini sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka yang saat ini menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan nasional, yang menekankan fleksibilitas dan pusatnya pada peserta didik.

Menurut Uu, “Setelah sukses dengan mini theater edukatif di pertokoan Siliwangi, hari ini kita kembali menorehkan sejarah baru dengan meresmikan Studio 2 mini theater edukasi yang berlokasi di lingkungan Pujasera dan Parkir Siliwangi (Puspa Siliwangi). Keberadaan fasilitas ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi yang inovatif dan inspiratif bagi masyarakat Kuningan, khususnya para generasi muda.”

Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Sri Wahyuningsih dan Retno Raswaty atas dukungan mereka. Sri Wahyuningsih telah memberikan bantuan berupa ratusan buku edukasi, sementara Retno Raswaty menyediakan akses ke 250 judul film Indonesiana untuk menambah materi edukatif di mini theater ini.

Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan studio 2 mini theater edukasi ini, termasuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan serta para mitra dari sektor swasta dan lembaga pemerintah. Iip berharap bahwa mini theater edukasi ini akan mendukung implementasi kurikulum merdeka dan memberikan pembelajaran praktis melalui film-film pendidikan bagi siswa dan masyarakat umum.

Iip menambahkan, “Keberadaan mini theater edukasi ini diharapkan dapat menjadi sarana yang tepat untuk mendukung implementasi kurikulum merdeka dan pembelajaran praktik baik melalui tayangan film yang mendidik bagi siswa maupun masyarakat umum. Di sini, para siswa dapat belajar dan mendapatkan inspirasi dari berbagai film edukatif, serta mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka.”

Dia juga menjelaskan bahwa lokasi di Pujasera dan Parkir Siliwangi dipilih karena strategis dan mudah diakses oleh masyarakat luas, serta menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial. Hal ini membuatnya ideal sebagai pusat edukasi dan kebudayaan yang dapat menarik minat banyak orang.

Pembangunan studio 2 mini teater edukasi ini adalah bagian dari komitmen Pemkab Kuningan untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah tersebut. Iip berharap bahwa kehadiran fasilitas ini akan meningkatkan kesadaran dan minat terhadap pendidikan dan budaya, terutama di kalangan generasi muda.

Dengan demikian, studio 2 mini theater edukasi ini tidak hanya merupakan pencapaian belaka, tetapi juga merupakan awal dari langkah-langkah berikutnya dalam mengembangkan fasilitas pendidikan dan kebudayaan yang lebih baik di Kabupaten Kuningan. Semoga kehadiran fasilitas ini dapat membantu Kabupaten Kuningan maju dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, serta mendorong lahirnya generasi muda yang kreatif, inovatif, dan memiliki daya saing tinggi.

Tim Penulis : U.Saefudin, Iman B, Diva

Pendampingan “Assesmen pada Pembelajaran yang Menerapkan 6 Kemampuan Fondasi” bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jenjang SD/MI  Se-Jawa Barat

Pendampingan “Assesmen pada Pembelajaran yang Menerapkan 6 Kemampuan Fondasi” bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jenjang SD/MI  Se-Jawa Barat

Bandung Barat 29-06-2024 – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Jawa Barat kembali menyelenggarakan penguatan pemahaman PTK SD/MI (KS, Guru, Pengawas, Penilik & Mitra)  terkait Assesmen yang sesuai untuk anak di SD kelas awal. Kegiatan dilakukan melalui webinar dengan tema  “Assesmen pada Pembelajaran yang Menerapkan  6 Kemampuan Fondasi untuk jenjang SD/MI.”  Kegiatan ini merupakan rangkaian dari webinar berseri yang dilakukan PDM 09 BBPMP Jabar dalam upaya mendampingi Dinas Pendidikan Kab./Kota dalam membekali para PTK jenjang PAUD/RA dan SD/MI dalam melakukan perubahan pembelajaran pada implementasi 3 target perubahan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan. 

Dini Irawati, Ketua Tim Kerja Inovasi dan Transformasi Pembelajaran mewakili Kepala BBPMP provinsi Jawa Barat dalam sambutannya mengatakan kemampuan fondasi merupakan kemampuan yang perlu dipenuhi agar peserta didik dapat melewati masa transisi PAUD ke SD awal dengan baik. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa satuan pendidikan SD/MI tidak melakukan tes calistung pada PPDB, menerapkan MPLS bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, menerapkan pembelajaran yang membangun 6 kemampuan fondasi. Kemampuan fondasi inilah  yang menjadi  esensi dari keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk belajar, tandasnya.  

Muhammad Akkas, narasumber yang sekaligus konsultan dari Kemendikbudristek menyampaikan bahwa asesmen awal ini adalah kunci dalam memperlancar proses transisi anak memasuki SD, baik bagi anak yang sudah melalui PAUD terlebih dahulu maupun yang tidak. Melalui kegiatan ini, pendidik mendapatkan gambaran kemampuan fondasi yang sudah dicapai oleh peserta didik, dan yang masih perlu dikuatkan lagi di SD kelas awal dengan berprinsip berpusat pada peserta didik, menyenangkan, sederhana, realistis dan bermakna, serta terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut disampaikan bahwa setelah melakukan asesmen awal, guru memodifikasi tujuan pembelajaran dan merancang skenario pembelajaran. Tujuan pembelajaran diukur melalui asesmen sumatif. Asesmen ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu, tidak dalam satu kali pertemuan atau kegiatan, dengan menggunakan teknik observasi dan penilaian kinerja, bukan testing (tes lisan ataupun tertulis), jelasnya.

Selanjutnya, Sri Lilis Herlianthi, PIC PDM 09  BBPMP Jawa Barat dalam sambutan penutupan menyampaikan bahwa materi asesmen ini merupakan hal yang penting untuk dipahami para guru terutama guru SD/MI di lapangan sehingga mereka dapat menerapkan proses asesmen yang tepat untuk karakteristik anak usia dini yang ada di SD kelas awal. Dengan demikian, proses pembelajaran dan asesmen di SD kelas awal yang dilakukan sesuai bagi anak usia dini  akan memuluskan proses penyesuaian/adaptasi anak di lingkungan yang baru. 

SALAM TRANSISI
Satu Tim
Satu Tujuan
Transisi PAUD-SD Yang Menyenangkan

Penulis: Tim PDM 09

Skip to content