PEMANFAATAN LAHAN KOSONG DI BBPMP PROVINSI JAWA BARAT: MENANAM SAYURAN, MENUMBUHKAN SEMANGAT

PEMANFAATAN LAHAN KOSONG DI BBPMP PROVINSI JAWA BARAT: MENANAM SAYURAN, MENUMBUHKAN SEMANGAT

Di tengah hiruk pikuk aktivitas kantor, ada pemandangan segar yang menyejukkan di lingkungan Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat. Deretan tanaman hijau tampak tumbuh subur di lahan-lahan kosong di sekitar area kantor. Kangkung, pakcoy, dan tomat ditanam di lahan yang dulu hanya dipenuhi rumput liar. Kini, lahan tersebut telah berubah wajah menjadi taman produktif yang bukan hanya memperindah lingkungan, tetapi juga menumbuhkan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan di kalangan pegawai BBPMP.

Inisiatif ini bukan sekadar kegiatan bercocok tanam biasa. Ia berawal dari gagasan sederhana: bagaimana agar lahan kosong yang terbengkalai bisa lebih bermanfaat. Gagasan itu kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan nyata yang melibatkan banyak pihak. Dengan dukungan penuh dari pimpinan, para pegawai pun menyambut program ini dengan antusias. Setiap hari, di sela-sela rutinitas pekerjaan, beberapa pegawai yang ditugaskan menyiram tanaman, membersihkan gulma, atau sekadar mengecek pertumbuhan bibit yang baru ditanam.

Hasilnya mulai tampak nyata. Daun-daun sayuran yang hijau dan segar kini tertata rapi di halaman belakang, dan aroma tanah basah setiap pagi seolah menambah semangat kerja. Kangkung sudah tumbuh bahkan ada yang sudah dipanen. Pakcoy dan tomat dalam proses penanaman. Tidak hanya memberikan hasil secara fisik berupa sayuran segar, kegiatan ini juga menghadirkan kebahagiaan sederhana yang menumbuhkan rasa kebersamaan.

Menariknya, di BBPMP Provinsi Jawa Barat kini terdapat dua ruang hijau yang sama-sama menyejukkan: taman kantor yang indah dan asri, serta kebun sayuran yang produktif dan bermanfaat. Taman menjadi tempat bagi pegawai dan tamu untuk menikmati keindahan dan keteduhan lingkungan, sementara kebun sayur menjadi sumber hasil panen yang bisa dirasakan langsung manfaatnya. Kombinasi keduanya menjadikan lingkungan BBPMP tidak hanya nyaman dipandang, tetapi juga memberikan nilai tambah secara nyata. Di satu sisi ada keindahan yang menyegarkan, di sisi lain ada kebermanfaatan yang menghidupi.

“Rasanya menyenangkan sekali bisa menanam dan melihat hasilnya tumbuh. Selain lingkungan jadi asri, kita juga merasa seperti punya kebun sendiri di tempat kerja,” ungkap salah seorang pegawai dengan penuh semangat.

Kegiatan penanaman sayuran ini tidak hanya berdampak pada keindahan lingkungan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai positif dalam kehidupan berorganisasi dan bekerja. Ia mengajarkan makna gotong royong, kerja sama, ketekunan, dan rasa syukur. Dengan merawat tanaman, setiap orang belajar untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan lebih menghargai proses. Dari menanam benih kecil hingga memetik hasil panen, semuanya mengandung nilai pendidikan karakter yang berharga.

Selain itu, kegiatan ini juga mendukung upaya penataan lingkungan kantor agar lebih hijau, sehat, dan nyaman. BBPMP Provinsi Jawa Barat telah membuktikan bahwa konsep “kantor hijau” (green office) bukanlah hal yang mustahil, bahkan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana. Pemanfaatan lahan kosong menjadi kebun produktif adalah bentuk konkret dari praktik keberlanjutan (sustainability) di lingkungan kerja.

Inisiatif ini patut diapresiasi tidak hanya karena hasilnya yang terlihat secara fisik, tetapi juga karena dampak positif yang ditimbulkannya terhadap budaya kerja. Pegawai menjadi lebih peduli terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan. Hubungan antarrekan kerja pun menjadi lebih hangat karena adanya aktivitas bersama di luar rutinitas pekerjaan. Bahkan, bagi sebagian orang, kegiatan menanam ini menjadi sarana refleksi diri dan pelepas stres di sela-sela bekerja di depan laptop.

Langkah BBPMP Provinsi Jawa Barat ini bisa menjadi inspirasi bagi instansi lain. Bahwa di mana pun berada, lahan kosong seharusnya tidak dibiarkan menganggur. Dengan sedikit kreativitas dan kerja sama, lahan yang tampak tidak berguna dapat diubah menjadi ruang produktif yang membawa manfaat bagi banyak orang.

Menanam di lahan kantor mungkin tampak sepele. Namun di balik aktivitas sederhana itu, tersimpan pesan mendalam: bahwa setiap jengkal tanah bisa menjadi sumber kehidupan, setiap tetes keringat bisa menjadi bentuk rasa syukur, dan setiap tanaman yang tumbuh adalah simbol harapan akan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

BBPMP Provinsi Jawa Barat telah menanam lebih dari sekadar sayuran, tetapi menanam semangat, kepedulian, dan kebersamaan. Dan seperti halnya tanaman yang tumbuh subur di bawah sinar matahari, semangat positif itu pun terus tumbuh dan menginspirasi siapa saja yang melihatnya.

Tim Media

MENGAPA WIDYAPRADA PERLU MENULIS?

MENGAPA WIDYAPRADA PERLU MENULIS?

Oleh Idris Apandi
Widyaprada Ahli Madya BBPMP Provinsi Jawa Barat, Penulis 1100-an Artikel dan 57 Buku

Intisari

Widyaprada (WP) adalah ASN yang bertugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan melalui pemetaan, pendampingan, pembimbingan, supervisi, dan pengembangan model mutu. Tugas ini menghasilkan banyak data, pengalaman, dan praktik baik. Namun jika hanya berhenti dalam laporan administratif, maka nilainya kurang terasa. Menulis menjadi sarana untuk mengabadikan, menyebarkan, dan menginspirasi dari hasil kerja tersebut.

Mengapa Widyaprada Perlu Menulis?

  1. Profesionalisme – Tulisan adalah bukti kinerja intelektual, memperlihatkan kemampuan berpikir sistematis dan kritis.
  2. Refleksi – Menulis membantu WP mengevaluasi diri dan menemukan pembelajaran baru.
  3. Pengembangan Diri – Tulisan meningkatkan kepercayaan diri, reputasi, serta membuka jejaring profesional.
  4. Kontribusi Nyata – Tulisan menjadi rujukan kebijakan, inspirasi sekolah, sekaligus pengetahuan publik.

Bentuk Tulisan

  • Artikel ilmiah populer.
  • Kajian analisis mutu pendidikan.
  • Dokumentasi praktik baik.
  • Buku atau antologi pengalaman.
  • Tulisan singkat di media sosial.

Hambatan & Solusi

Hambatan utama WP dalam menulis adalah minimnya tradisi, rendahnya kepercayaan diri, keterbatasan waktu, dan kurangnya media publikasi. Solusi yang ditawarkan antara lain:

  • Pelatihan menulis dan pendampingan.
  • Media publikasi internal Kemendikdasmen, AWI, BBPMP/BPMP, dan BB/BPPMPV.
  • Lomba dan tantangan menulis.
  • Pemanfaatan teknologi digital dan Artificial Intelligence (AI) sebagai asisten menulis.

Pesan Utama

Widyaprada yang menulis adalah Widyaprada produktif dan inspiratif. Tulisan mereka bukan hanya dokumentasi, tetapi juga pahlawan penggugah dan pencerah bagi dunia pendidikan.


Ajakan:

Mulailah menulis sekarang, tuliskan pengalaman nyata, dan jadikan tulisan sebagai napas profesionalisme kita. Karena laporan mungkin tersimpan di lemari arsip, tetapi tulisan akan hidup sepanjang zaman.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer)

Pendahuluan

Ketika kita berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, maka ada satu jabatan fungsional yang relatif baru namun memiliki peran sangat strategis, yakni Widyaprada. Widyaprada (WP) adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) di bawah naungan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang diberi tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan penjaminan mutu pendidikan.

Tugas mulia ini meliputi pemetaan mutu, pendampingan, pembimbingan, supervisi, hingga pengembangan model penjaminan mutu pendidikan. Artinya, Widyaprada berada di garda depan untuk memastikan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) dapat dicapai secara merata di setiap daerah dan satuan pendidikan.

Namun, sebuah pertanyaan penting muncul: Apakah cukup bagi Widyaprada hanya bekerja di lapangan tanpa menulis? Jawabannya tentu tidak. Justru menulis adalah salah satu bentuk kontribusi nyata yang membuat keberadaan Widyaprada semakin terasa manfaatnya. Lewat tulisan, pengalaman, analisis, dan hasil kerja Widyaprada dapat menjangkau lebih luas, memberi inspirasi, dan menjadi rujukan bagi banyak pihak.


Pengertian dan Tugas Pokok Jabatan Fungsional Widyaprada

Pada pasal 1 ayat (2) Permendikbud Nomor 37 Tahun 2020 disebukan bahwa Jabatan Fungsional Widyaprada adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. Kemudian pada ayat (3) disebutkan bahwa  Pejabat Fungsional Widyaprada yang selanjutnya disebut Widyaprada adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan kegiatan pemetaan mutu pendidikan, pendampingan satuan pendidikan, pembimbingan satuan pendidikan, supervisi pendidikan, dan/atau pengembangan model penjaminan mutu pendidikan.

Secara garis besar, tugas pokok Widyaprada meliputi:

  1. Pemetaan Mutu Pendidikan – melakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian SNP di daerah maupun satuan pendidikan.
  2. Pendampingan Satuan Pendidikan – memberikan dukungan agar sekolah mampu meningkatkan kualitasnya.
  3. Pembimbingan Satuan Pendidikan – membantu sekolah secara lebih intensif dalam menghadapi kendala peningkatan mutu.
  4. Supervisi Pendidikan – mengawasi, mengevaluasi, serta memberikan masukan agar standar mutu terpenuhi.
  5. Pengembangan Model Penjaminan Mutu – menemukan strategi baru yang relevan dengan dinamika dunia pendidikan.

Semua tugas tersebut menghasilkan data, pengalaman, serta rekomendasi yang sangat kaya. Sayangnya, jika hanya berhenti di laporan administratif, maka pengetahuan berharga itu tidak akan tersebar luas. Di sinilah menulis memainkan peran penting: mengubah data menjadi informasi, informasi menjadi pengetahuan, dan pengetahuan menjadi inspirasi.


Menulis sebagai Bagian dari Kinerja Widyaprada

Seorang Widyaprada sesungguhnya memiliki “tambang emas” berupa pengalaman lapangan. Setiap kali melakukan pemetaan mutu, pendampingan, atau supervisi, selalu ada temuan baru yang bisa menjadi bahan tulisan. Misalnya:

  • Hasil analisis rapor pendidikan di sebuah daerah yang menunjukkan tren literasi dan numerasi menurun.
  • Praktik baik (best practice) sebuah sekolah yang berhasil meningkatkan mutu melalui inovasi sederhana.
  • Catatan advokasi ke pemerintah daerah tentang pentingnya perencanaan berbasis data.

Semua itu dapat dituangkan ke dalam bentuk tulisan, baik berupa artikel populer, laporan analitis, hingga buku. Dengan menulis, Widyaprada bisa menghadirkan rekomendasi nyata yang bermanfaat bagi:

  • Pemerintah pusat, sebagai bahan kebijakan nasional.
  • Pemerintah daerah, sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.
  • Satuan pendidikan, sebagai inspirasi dan panduan praktis.

Tanpa menulis, hasil kerja Widyaprada hanya akan “terkubur” dalam tumpukan laporan. Dengan menulis, hasil kerja itu bisa hidup, menyebar, dan menggerakkan perubahan.


Bentuk Tulisan yang Bisa Dihasilkan oleh Widyaprada

Ada banyak ragam tulisan yang bisa dihasilkan oleh seorang Widyaprada:

  1. Artikel Ilmiah Populer – mudah dipahami masyarakat luas, dapat dipublikasikan di media massa atau blog pribadi.
  2. Praktik Baik Pendampingan – cerita inspiratif tentang keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu.
  3. Kajian Analitis – tulisan yang membahas tren mutu pendidikan berdasarkan data rapor pendidikan.
  4. Buku Antologi – kumpulan pengalaman Widyaprada dalam mendampingi satuan pendidikan.
  5. Tulisan di Media Sosial – refleksi singkat yang bisa menjangkau audiens lebih luas dan cepat.
  6. Artikel Jurnal atau Majalah Pendidikan – karya akademik yang memperkuat reputasi profesional.

Setiap bentuk tulisan memiliki kekuatan masing-masing. Bahkan tulisan sederhana di media sosial bisa menjadi pemantik diskusi dan inspirasi banyak orang.


Menulis untuk Peningkatan Profesi dan Pengembangan Diri

Mengapa menulis penting bagi Widyaprada?

  1. Pengembangan profesi. Tulisan menjadi bukti kinerja intelektual, memperlihatkan kemampuan berpikir sistematis dan kritis.
  2. Refleksi diri. Menulis membantu WP menilai kembali apa yang telah dilakukan di lapangan.
  3. Kepercayaan diri. Tulisan yang dipublikasikan memberi pengakuan sosial dan profesional.
  4. Jejaring profesional. Menulis membuka peluang kolaborasi dan diskusi lintas profesi.

Hambatan Menulis di Kalangan Widyaprada

Sayangnya, tidak semua Widyaprada terbiasa menulis. Hambatan yang sering muncul:

  • Belum menjadi tradisi. Menulis hanya dianggap kewajiban administratif.
  • Rendahnya minat dan kepercayaan diri. Banyak yang merasa tidak berbakat.
  • Keterbatasan waktu. Beban kerja padat sering dijadikan alasan.
  • Minimnya fasilitas publikasi. Tidak semua lembaga menyediakan wadah bagi WP untuk mempublikasikan tulisan.

Strategi dan Solusi Agar Widyaprada Mau Menulis

Bagaimana cara menjadikan menulis sebagai budaya Widyaprada?

  1. Dorongan dan “paksaan positif” – misalnya target menulis rutin setiap bulan.
  2. Pelatihan menulis berkelanjutan. Kegiatan ini bisa difasilitasi oleh Kemendikdasmen, Asosiasi Widyaprada Indonesia (AWI), Balai Besar/Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BB/BBPMP), atau Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BB/BPPMPV).
  3. Peran Kemendikdasmen, AWI, BB/BPMP, BB/BPPMPV. Menjadi fasilitator sekaligus penyedia media publikasi.
  4. Media publikasi internal. Buletin, majalah, jurnal, laman web lembaga.
  5. Tantangan/lomba menulis. Membuat menulis jadi kompetisi sehat.
  6. Sarasehan praktik baik. Forum untuk mempresentasikan karya tulis WP.
  7. Pemanfaatan teknologi digital. Blog, media sosial, dan kini juga Artificial Intelligence (AI).

AI sebagai Sahabat Menulis Widyaprada

Selain membaca artikel atau buku tentang tip dan trik menulis, atau mengikuti pelatihan konvensional, Widyaprada juga bisa memanfaatkan kecerdasan artifisial (AI). AI dapat membantu:

  • Membuat kerangka tulisan.
  • Memberi saran pengembangan ide.
  • Menyusun data atau tabel agar lebih komunikatif.
  • Mempercepat penyusunan draft, yang kemudian bisa diperbaiki dengan gaya pribadi.

AI bukan pengganti kreativitas, melainkan asisten untuk memperlancar proses menulis. Dengan begitu, hambatan teknis maupun keterbatasan waktu bisa diatasi.


Data dan Inspirasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi menulis ASN di Indonesia masih rendah. Banyak ASN hanya terbiasa menulis laporan teknis.

  • Menurut BKN (2024), ada ±4,7 juta ASN di Indonesia, dan 74% berpendidikan S1 atau lebih tinggi. Potensi intelektual besar ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk menulis.
  • Riset literasi digital ASN Sumedang (2022) menunjukkan adanya gap dalam kemampuan publikasi dan pemanfaatan platform digital untuk menulis.
  • Beberapa daerah sudah mulai berinisiatif, misalnya Kabupaten Banggai Kepulauan dengan program ASN Menulis.

Kementerian PANRB juga menegaskan:

“Kemampuan menulis menjadi warisan berharga bagi birokrat muda. Jadi penting bagi kita semua untuk belajar menulis, sehingga pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki bisa dituliskan dalam bentuk yang tampak.” – Teguh Widjinarko, Plt. Deputi SDM Aparatur (sumber: https://www.menpan.go.id/, 20 April 2020).

Pengalaman pribadi saya: menulis lebih dari 1.100 artikel dan 57 buku. Menulis bukan sekadar melahirkan karya, tetapi juga melatih disiplin, konsistensi, dan dedikasi.


Penegasan: Widyaprada Penulis = Widyaprada Produktif dan Inspiratif

Widyaprada yang menulis adalah Widyaprada produktif dan inspiratif.

  • Produktif karena menambah khasanah pengetahuan.
  • Inspiratif karena mampu menggugah dan mencerahkan banyak pihak.

Tulisan WP adalah warisan pengetahuan sekaligus bukti dedikasi terhadap penjaminan mutu pendidikan. WP penulis sejatinya adalah pahlawan penggugah dan pencerah.


Penutup: Ajakan dan Semangat untuk Menulis

Menulis adalah keterampilan sekaligus panggilan. Bagi Widyaprada, menulis berarti mengabadikan kerja nyata, menyebarkan inspirasi, dan memperkuat kontribusi terhadap penjaminan mutu pendidikan.

Maka saya mengajak seluruh Widyaprada di Indonesia: mulailah menulis sekarang juga. Tidak perlu menunggu sempurna. Tulis apa adanya, tulis dari pengalaman nyata, tulis dari hati. Ingatlah, laporan akan tersimpan di lemari arsip, tetapi tulisan akan hidup sepanjang zaman. Menulis bukan soal bakat, melainkan keterampilan yang bisa dilatih.

Mari kita jadikan menulis sebagai napas profesionalisme kita. Karena Widyaprada penulis adalah Widyaprada produktif, Widyaprada inspiratif, pahlawan penggugah dan pencerah penjaminan mutu pendidikan. (IA)

Tim Media

MELALUI PROGRAM GELITIK, GURU-GURU SDN KARAWANG WETAN 1 “DIGELITIK” MENINGKATKAN PENGUASAN TIK  

MELALUI PROGRAM GELITIK, GURU-GURU SDN KARAWANG WETAN 1 “DIGELITIK” MENINGKATKAN PENGUASAN TIK  

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berimplikasi terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan dan pembelajaran. Apalagi sejalan dengan era digitalisasi saat ini, pemanfataan TIK menjadi hal yang tidak dapat dilepaskan dalam pembelajaran. Konsekuansinya, sekolah harus menyediakan sarana-prasarana pendukung TIK seperti internet, PC, laptop, papan tulis digital, dan sebagainya.

Begitu pun dengan guru. Guru harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Guru harus melek TIK dan mampu memanfaatkannya dalam pembelajaran. Saat ini banyak media dan aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang bisa dimanfaatkan guru untuk membantu pembelajaran. Tinggal para guru mau terus belajar supaya tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Para peserta didik yang didominasi oleh Gen Z dan Gen Alpha sudah sangat familiar dengan teknologi. Oleh karena itu, sekolah dan guru harus mampu beradaptasi dengan cepat menyikapi hal tersebut.

Sekolah saat ini sudah banyak yang memiliki laman (web) dan media sosial yang yang digunakan untuk beragam keperluan seperti media informasi, komunikasi,  sosialisasi, dan promosi. Laman lembaga dan media sosial harus menjadi etalase untuk membangun persepsi positif masyarakat. Di era serba konten saat ini, konten-konten yang menarik bahkan viral akan meningkatkan kunjungan ke laman dan media sosial dan meningkatkan follower serta subscriber pemilik akunnya. Hal ini bisa berdampak terhadap semakin dikenal lembaga dan semakin diperhitungkannya sebuah lembaga oleh para pemangku kepentingan pendidikan.

Walau demikian, pengelolaannya laman dan media sosial sebuah lembaga ada yang sudah baik dan profesional, tetapi ada pula yang masih sederhana, terkesan seadanya, konten-kontennya kurang bermutu dan kurang variatif, sehingga kurang menarik untuk dikunjungi oleh netizen. Penyebabnya karena masih terbatasnya sarana-prasarana pendukung, terbatasnya anggaran, dan terbatasnya kompetensi dan jumah sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya.

Dalam rangka membantu sekolah meningkatkan mutu pengelolaan dan mutu konten laman dan media sosial di satuan pendidikan, Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan sejalan dengan inovasi ”GELITIK” (Gerakan Literasi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi). Salah satu sekolah yang menjadi sasaran dari kegiatan ini adalah SDN Karawang Wetan 1 Kabupaten Karawang.

Mengapa sekolah ini terpilih menjadi salah satu sasaran? Karena berdasarkan observasi dan identifikasi awal, sekolah ini memiliki semangat yang tinggi untuk melakukan transformasi pembelajaran berbasis TIK di era digital. Sekolah ini juga merupakan sekolah penggerak, sekolah Ramah Anak, dan Sekolah Adiwiyata. Kepala Sekolah dan guru-gurunya memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan laman dan media sosial. Semangat yang tinggi untuk bertransformasi dan untuk terus belajar merupakan modal yang sangat penting dalam peningkatkan mutu lembaga.

Tanggal 12-14 Oktober 2024 sekolah ini mendapatkan pelatihan dari Tim BBPMP Provinsi Jawa Barat dalam mengelola laman dan media sosial agar mutunya semakin baik. Teknisnya dilakukan secara luring (workshop) dan daring (mandiri). U. Saefudin Suryadi selaku koordinator tim menyampaikan bahwa informasi yang disampaikan pada laman dan media sosial sekolah ini sudah cukup baik. Walau demikian, mutunya harus ditingkatkan agar makin memancing minat masyarakat untuk mengunjunginya. Target pertama adalah warga sekolah dan orang tua peserta didik sekolah ini untuk mengunjungi laman dan media sosial, kemudian menargetkan masyarakat luas. Oleh karena itu, laman SDN Karawang Wetan 1 perlu dipercantik agar makin menarik. Beranda dan menu-menunya pun perlu ditambah agar tersedia layanan informasi yang beragam.

 Kepala dan guru-guru menyambut dengan gembira sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Yeni Mulyani, Kepala SDN Karawang Wetan 1 menyampaikan bahwa sejak dia bertugas di sekolah tersebut, salah satu harapannya adalah melengkapi dan menyediakan sarana-prasarana TIK serta meningkatkan mutu guru dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Kehadiran Tim BBPMP ibarat doa yang terjawab sekalian tahu yang lalu, anugerah yang sangat luar biasa. SDN Karawang Wetan 1 sangat terhormat dan bangga menjadi salah satu sasaran kegiatan GELITIK BBPMP Provinsi Jawa Barat.

Hal senada juga disampaikan oleh Resi, salah satu perwakilan guru yang juga sebagai admin laman dan media sosial SDN Karawang Wetan 1. Dia merasa bersyukur mendapatkan pelatihan ini karena melalui melalui pelatihan ini, kemampuannya dalam mengelola laman dan media sosial meningkat. Melalui program GELITIK, guru-guru SDN Karawang Wetan 1 ”digelitik” untuk meningkatkan pemanfaatan TIK agar pembelajaran makin asik dan menarik sehingga berdampak positif terhadap peserta didik. (IA).

Memotret Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMPN 19 Bandung

Memotret Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMPN 19 Bandung

Idris Apandi Widyaprada BBPMP Provinsi Jawa Barat berfoto dengan Ida Suyanti, S.Pd., M.M.Pd. (Dok. Idris Apandi, 2023).

SMPN 19 Bandung merupakan salah satu Sekolah Penggerak angkatan pertama. Ida Suyanti, S.Pd., M.M.Pd. KS SMPN 19 Bandung menyampaikan bahwa motivasi utama SMPN 19 mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP) adalah ingin meningkatkan mutu sekolah yang diharapkan berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, menjadi sekolah penggerak menjadi jalan untuk melakukan transformasi dan perubahan pola pikir pendidik dan tenaga kependidikan untuk yang berpihak kepada murid.

Ida menyampaikan banyak hal positif yang dirasakan setelah SMPN 19 Bandung menjadi Sekolah Penggerak, diantaranya :

a. Penguatan Sumber Daya Manusia

SMPN 19 Bandung melakukan berbagai kegiatan dalam rangka penguatan sumber daya manusia. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan workshop yang dilaksanakan oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa. Tenaga SMP Negeri 19 Bandung senantiasa mengikuti dan mengimbaskannya kepada rekan di lingkungan sekolah untuk penguatan sumber daya manusia di lingkungan SMP Negeri 19 Bandung.

b. Pembelajaran Dengan Paradigma Baru

SMP Negeri 19 Bandung telah mengimplementasikan kurikulum merdeka sejak tahun 2021 dan telah melaksanakan berbagai macam kegiatan pembelajaran dengan paradigma baru. Antara lain dengan melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, pembelajaran berdiferensiasi dan Program ROOTS Anti Perundungan. Sosialisasi dan implementasi ROOTS diantaranya melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). 

c. Perencanaan Berbasis Data

Selama tiga tahun SMP Negeri 19 Kota Bandung mengimplementasikan kurikulum merdeka, SMP Negeri 19 Kota Bandung menyimpan seluruh bentuk dokumentasi kegiatan dalam google drive, media sosial (instagram, facebook, youtube, twitter, website).

d. Digitalisasi Sekolah

SMPN 19 Bandung telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar sejak awal diluncurkannya PMM. Selain itu, SMPN 19 Bandung pun menjadi sekolah berbasis digital karena telah aktif menggunakan Learning Management System (LMS) untuk proses pembelajaran.


SMPN 19 Bandung pun secara aktif menggunakan media sosial dalam penyampaian informasi ke masyarakat. 

Selain itu, SMPN 19 Kota Bandung juga memiliki perpustakaan digital untuk meningkatkan kemampuan literasi warga SMP Negeri 19 Kota Bandung.

e. Pendampingan dan Konsultasi Asimetris

Dengan terpilihnya SMPN 19 Kota Bandung menjadi sekolah penggerak tahap pertama di kota Bandung membuat kami mendapatkan pendampingan dan konsultasi bukan hanya dari pengawas pembina, namun dari fasilitator atau tenaga ahli Kemendikbudristek.

f. Mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan kompetensi bagi setiap GTK maupun peserta didiknya.

g. Menambah wawasan terkait pembelajara berdiferensiasi yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.

h. Tempat untuk kegiatan berbagi praktik baik dalam pengimbasan untuk sekolah sekitar, wilayah, dan kota Bandung.

i. Dipakai penelitian untuk berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta mulai S1 Unikom, S2 UPI, S3 UNPAS dan UNISBA.


Melaksanakan berbagai program peningkatan mutu di SMPN 19 Bandung bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa tantangan yang dihadapi. Diantaranya:

a. Latar belakang peserta didik yang heterogen, menjadi salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Solusinya adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan menggunakan variasi model dan teknik pembelajaran.

b. Kompetensi GTK yang masih beragam dan memiliki latar belakang yang berbeda, khususnya dalam bidang teknologi. Solusinya adalah dengan mengadakan beberapa pelatihan untuk guru terkait pengembangan kompetensi dalam bidang teknologi.

Komite pembelajaran menjadi salah satu fasilitator atau promotor dalam upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran atau Pendidikan. Harapannya seluruh GTK dapat lebih mengembangkan diri dan meningkatkan mutu layanan Pendidikan/pembelajaran dalam keseharian. Terus berupaya meningkatkan diri dan dapat terus melayani peserta didik sesuai kebutuhannya dengan karakter yang Unik melalui komunitas belajar.


Dalam melaksanakan peningkatan mutu di SMPN 19 Bandung, ada beberapa program unggulan yang dilaksanakan sebagai berikut:

a. Program Implementasi Disiplin Positif

Program Implementasi disiplin positif merupakan salah satu program unggulan yang bertujuan untuk mewujudkan karakter peserta didik yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila agar terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, aman dan nyaman, tanpa ancaman dan kekerasan.

b. Program Literasi dan Numerasi

Program literasi dan numerasi merupakan salah satu program unggulan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2020. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam literasi dan numerasi. Harapannya, peserta didik dapat menjadi insan yang literat. Dan kami sudah menghasilkan 13 buku karya siswa,guru, Kepala sekolah, Pengawas orang tua dan Alumni berupa tulisan puisi, cerpen dan artikel.

Selain dilaksanakan pembiasaan literasi dan numerasi sebelum kegiatan belajar mengajar, penguatan literasi dan numerasi juga terintegrasi dalam proses kegiatan belajar mengajar di setiap mata pelajaran. Hal tersebut jelas terlihat dalam asesmen yang dilakukan di SMPN 19 Bandung. Komposisi soal AKM memiliki persentase yang lebih banyak. Numerasi diterapkan dalam data peseta didik melalui tabel, diagram yang memudahkan untuk melihat data. Pada Rapor Pendidikan 2022, skor literasi mencapai  89,99% dan skor numerasi mengalami kenaikan sebesar 33%.

Buku-buku hasil karya kepala sekolah, guru, dan peserta didik SMPN 19 Bandung. (Dok. Idris Apandi, 2023)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Berikut rincian kegiatan projek penguatan profil pelajaran Pancasila yang telah dilaksanakan di SMPN 19 Bandung:


1. Kearifan Lokal yang bertema “Cerlang Budaya” di Bulan Bahasa

Projek Kearifan Lokal yang bertema Cerlang Budaya di Bulan Bahasa dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2021.

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menulis puisi selama 2 jam dan cerpen satu bulan dan  menciptakan barang guna pakai.

Tantangannya adalah dikarenakan projek ini merupakan projek pertama yang dilaksanakan oleh SMPN 19 Bandung, belum ada panduan belum sesuai dengan yang diharapkan. Manfaat anak lebih kreatif dan mandiri. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/rolDmGuBb4U?si=-KKgQwNedsgkep-M.


2. Gaya Hidup Berkelanjutan yang bertema Perubahan Iklim Global

Projek Gaya Hidup Berkelanjutan yang bertema Perubahan Iklim Global dilaksanakan pada tanggal Januari sampai Maret 2022.

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pemanfaatan dan pengelolaan sampah atau barang bekas menjadi barang guna pakai dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan.

Tantangannya adalah dikarenakan projek ini dilaksanakan pada saat pandemik Covid-19, sehingga jadwal pelaksanaan yang sudah dirancang mengalami beberapa perubahan dan tidak dapat maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan projek secara luring. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/t7fPzHlvQn8?si=qWftrqvI4X6qP8Zy.


3. Kebhinekaan Global dengan tema Indahnya Berbagi di Bulan Suci

Projek Kebhinekaan Global dengan tema Indahnya Berbagi di Bulan Suci

dilaksanakan pada tanggal April tahun 2022.

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam mengenal keanekaragaman budaya nasional dan meningkatkan rasa toleransi antar peserta didik dan rasa kepedulian terhadap lingkunga sekitar terutama anak anak yang kurang beruntung.

Tantangannya adalah dikarenakan projek ini dilaksanakan pada saat pandemik Covid-19 dan bulan suci Ramadhan, sehingga jadwal pelaksanaan yang sudah dirancang mengalami beberapa perubahan dan tidak dapat maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan projek secara luring.Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/t7fPzHlvQn8?si=qWftrqvI4X6qP8Zy .


4. Suara Demokrasi 

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta didik dalam implementasi demokrasi secara nyata yang dilaksanakan dalam bentuk pemilihan Ketua OSIS.

Tantangannya adalah belum semua peserta didik memahami pentingnya menyampaikan aspirasi dalam demokrasi. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/gaIjQXlsvH4?si=SqyoSu8O_VnsgYBn.


5. Bangunlah Jiwa dan Raganya dengan tema “Mentalku Sehat, Ragaku Kuat”

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik. Dalam projek ini, peserta didik diarahkan untuk dapat membuat karya literasi yang merupakan penyaluran ekspresi dirinya.

Tantangannya adalah menumbuhkan kompetensi literasi peserta didik terutama dalam minat membaca dan menulis masih membutuhkan proses yang berkelanjutan dikarenakan hal oni berkaitan dengan kebiasaan peserta didik di luar lingkungan sekolah. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube:


6. Kearifan Lokal dengan tema Ngamumulé Budaya Sunda

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan kebanggaan peserta didik terhadap budaya daerah (khususnya budaya Sunda).

Tantangannya adalah referensi terkait kebudayaan tradisional yang dimiliki peserta didik masih kurang karena motivasi membaca. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/xVBSz7-WSQo?si=Du_WG_fl7kGQxz-U .m


7. Gaya Hidup Berkelanjutan 

Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/BiuKMBOX0v0?si=vDJvbFg_ZWGFgpH9 .


8. Kewirausahaan 

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menumbuhkembangkan,jiwa ulet,kerja keras dan jiwa wirausaha melalui kolaborasi dengan dunia usaha.Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/eNhHNRMe_BM?si=Npxcvl6DW9sP35nV .

Peserta didik SMPN 19 Bandung sedang melakukan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. (Dok. SMPN 19 Bandung)
Salah satu produk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila projek Peserta didik SMPN 19 Bandung. (Dok. Idris Apandi 2023)

7 PENYEBAB MUNCULNYA POLEMIK PPDB

7 PENYEBAB MUNCULNYA POLEMIK PPDB

Pelaksanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) setiap tahun selalu memunculkan polemik dan mendapatkan sorotan banyak pihak. Orang tua yang anaknya tidak diterima di sekolah negeri banyak yang mengeluh. Katanya wajib belajar, tetapi mau menyekolahkan anak saja susah. Belum lagi biaya sekolah makin mahal. Itulah keluhan mayoritas orang tua pada saat PPDB.
Menurut saya, ada 7 faktor yang menyebabkan munculnya polemik saat PPDB. (1) masih adanya pola pikir negeri minded. Orang tua merasa bangga kalau dapat menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Masih ada orang tua yang menilai mutu sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta sehingga sekolah swasta dianggap sebelah mata.

(2) masih adanya mindset sekolah pavorit dan nonpavorit. Pemerintah sebenarnya tidak mendikotomikan atau melabeli sekolah pavorit dan nonpavorit. Tetapi di lingkungan masyarakat label tersebut sudah lama muncul. Sebuah sekolah dilabeli sebagai sekolah pavorit biasanya dikaitkan lulusannya yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pavorit dan terkenal, mutu gurunya yang bagus, mutu sarana-prasarananya yang memadai, dan lokasi sekolah yang strategis. Orang tua yang berasal dari ekonomi mapan berani membayar mahal asal anaknya masuk sekolah negeri pavorit. Pendaftar ke sekolah pavorit selalu membludak, melebihi kuota yang telah ditentukan. Bahkan jauh-jauh hari sebelum dibuka PPDB, sudah ada waiting list. Hal ini yang kadang mengundang potensi pelanggaran terhadap aturan PPDB.

Label sekolah nonvapavorit diberikan kepada sekolah yang memiliki ciri kebalikan dari sekolah nonvaporit. Mereka adalah sekolah dengan kualitas rata-rata bahkan dicap bermutu rendah. Sekolah model seperti ini kurang dilirik oleh orang tua peserta didik. Dampaknya, sekolah seperti ini kekurangan murid bahkan ada yang sampai ditutup.

(3) Jumlah sekolah negeri belum merata dan belum proporsional dalam satu kecamatan. Kebutuhan suatu wilayah terhadap sekolah tentunya bervariasi. Disesuaikan dengan jumlah penduduk usia sekolah, radius, dan jarak antarwilayah. Daerah yang penduduk usia sekolahnya padat walau luas geografisnya tidak terlalu luas tentunya memerlukan sekolah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang luas tetapi jumlah penduduk usia sekolahnya sedikit. Dengan adanya sistem zonasi, orang tua berebut masuk ke sekolah negeri terdekat. Kadang saat rumah orang tua sekitar 500 meter saja, sudah tidak dapat diterima melalui sistem zonasi karena banyak pendaftar.

Berkaitan dengan sarana dan prasana sekolah, Kemendikbudristek telah menerbitkan Permendikbudristek Nomor 22 Tahun 2023 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah sebagai pedoman pengadaan fasilitas belajar termasuk kaitannya dengan kebutuhan ruang belajar. Selain itu, pemerintah daerah dapat menggunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam bidang pendidikan dan data rapor pendidikan sebagai dasar pengadaan sekolah, ruang belajar, atau sarana lainnya.

Sepanjang jumlah sekolah negeri pada wilayah kecamatan belum proporsional dan sesuai dengan kebutuhan, maka rebutan bangku sekolah negeri akan tetap terjadi. Kalau pun ada rencana pembangunan sekolah negeri, bukan berarti selalu mendapatkan sambutan yang positif. Kadang, rencana pembangunan sekolah negeri di sebuah kecamatan mendapatkan penolakan dari pengelola sekolah swasta yang khawatir adanya sekolah negeri akan mengancam keberadaan sekolah swasta.

(4) masih rendahnya mutu dan daya saing sekolah swasta. Saya mengamati, jika mutu sekolah swasta dibagi menjadi dua, ada sekolah swasta yang mutunya tinggi dan ada yang mutunya relatif rendah. Sekolah swasta yang mutu tinggi ditopang oleh yayasan yang kuat, guru yang bermutu, sarana-prasarana, dan tentunya partisipasi biaya dari orang tua peserta didik yang cukup besar. Sedangkan sekolah swasta yang mutunya relatif rendah pada umumnya memang dengan kondisi yang serba terbatas, baik dari sisi pendanaan, sarana-prasarana, dan mutu guru. Ada sekolah swasta yang menggratiskan biaya sekolah karena yang diterimanya adalah peserta didik dari kalangan ekonomi tidak mampu atau anak yatim, sehingga yayasan sangat bergantung kepada donasi atau sumbangan dari pihak lain, kecuali kalau pengelola yayasan memiliki back up badan usaha atau sumber pendanaan lain.

(5) biaya sekolah swasta berkualitas mahal sehingga tidak terjangkau oleh orang tua dari kalangan miskin. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan yang layak dan berkualitas tidak akan lepas dari pembiayaan yang memadai. Oleh karena itu, orang tua yang berasal dari kalangan mampu tidak mempersoalkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh mereka, asal sekolah dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas bagi anaknya.
Hal ini dapat dijumpai di sekolah-sekolah yang dikelola oleh yayasan yang bonafid. Biaya daftar dengan berbagai pernak-perniknya bisa mencapai belasan sampai puluhan juta. Belum lagi SPP dan biaya lainnya. Walau mahal, tetapi pendaftar ke sekolah tersebut tetap banyak karena dikenal berkualitas oleh masyarakat. Walau demikian, masyarakat yang ekonominya lemah tidak dapat mengakses layanan pendidikan di sekolah-sekolah yang mahal karena terkendala biaya.

(6) biaya sekolah negeri yang (dibuat) gratis menjadi daya tarik orang tua menyekolahkan anak, walau pun mampu ikut membiayai pendidikan. Pendidikan gratis atau sekolah gratis pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan amanat UUD 1945. SD dan SMP mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah.

Pada jenjang pendidikan menengah pun (SMA dan SMK), biaya pendidikan digratiskan. Hal ini tidak lepas dari janji politik kepala daerah. Oleh karena itu, walau mungkin bantuan yang diterima oleh SMA dan SMK belum menutupi kebutuhan sekolah, mereka dilarang melakukan pungutan, karena disamping akan memberatkan orang tua (khususnya yang tidak mampu), juga akan berdampak terhadap citra politik kepada daerah terpilih yang dianggap tidak menepati janji kampanye sehingga bisa berdampak terhadap peluang keterpilihannya pada pilkada periode berikutnya.

(7) adanya upaya untuk mengakali dan menyiasati aturan PPDB dengan berbagai modus, seperti titip nama anak di KK saudara. Bahkan di sebuah daerah, ada satu rumah dengan alamat yang sama ditempati oleh enam KK. Hal itu tentunya sangat tidak logis. Jual beli bangku sekolah juga merupakan modus yang sudah sering kita dengar. Hal ini tidak lepas dari ambisi orang tua yang memaksanakan anaknya masuk ke sekolah tertentu dan adanya peluang yang ditawarkan oleh oknum tertentu.

Regulasi, panduan, juklak dan juknis PPDB sudah dibuat baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jika semua pihak taat dan patuh terhadap regulasi yang ada, maka proses PPDB dapat dipastikan berjalan dengan penuh integritas, objektif, dan akuntabel. Mengapa polemik masih terjadi saat PPDB? Karena masih ada upaya menyiasati aturan yang ada. Seketat apapun sebuah aturan, kalau tidak ada komitmen untuk dilaksanakan dengan baik, maka akan terus dicari celah dan kelemahannya. Yuk, jadikan proses PPDB bermartabat dan tidak memunculkan berpolemik melalui ketaatan terhadap aturan yang telah ditetapkan.