Oleh Idris Apandi
Widyaprada Ahli Madya BBPMP Provinsi Jawa Barat, Penulis 1100-an Artikel dan 57 Buku

Intisari

Widyaprada (WP) adalah ASN yang bertugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan melalui pemetaan, pendampingan, pembimbingan, supervisi, dan pengembangan model mutu. Tugas ini menghasilkan banyak data, pengalaman, dan praktik baik. Namun jika hanya berhenti dalam laporan administratif, maka nilainya kurang terasa. Menulis menjadi sarana untuk mengabadikan, menyebarkan, dan menginspirasi dari hasil kerja tersebut.

Mengapa Widyaprada Perlu Menulis?

  1. Profesionalisme – Tulisan adalah bukti kinerja intelektual, memperlihatkan kemampuan berpikir sistematis dan kritis.
  2. Refleksi – Menulis membantu WP mengevaluasi diri dan menemukan pembelajaran baru.
  3. Pengembangan Diri – Tulisan meningkatkan kepercayaan diri, reputasi, serta membuka jejaring profesional.
  4. Kontribusi Nyata – Tulisan menjadi rujukan kebijakan, inspirasi sekolah, sekaligus pengetahuan publik.

Bentuk Tulisan

  • Artikel ilmiah populer.
  • Kajian analisis mutu pendidikan.
  • Dokumentasi praktik baik.
  • Buku atau antologi pengalaman.
  • Tulisan singkat di media sosial.

Hambatan & Solusi

Hambatan utama WP dalam menulis adalah minimnya tradisi, rendahnya kepercayaan diri, keterbatasan waktu, dan kurangnya media publikasi. Solusi yang ditawarkan antara lain:

  • Pelatihan menulis dan pendampingan.
  • Media publikasi internal Kemendikdasmen, AWI, BBPMP/BPMP, dan BB/BPPMPV.
  • Lomba dan tantangan menulis.
  • Pemanfaatan teknologi digital dan Artificial Intelligence (AI) sebagai asisten menulis.

Pesan Utama

Widyaprada yang menulis adalah Widyaprada produktif dan inspiratif. Tulisan mereka bukan hanya dokumentasi, tetapi juga pahlawan penggugah dan pencerah bagi dunia pendidikan.


Ajakan:

Mulailah menulis sekarang, tuliskan pengalaman nyata, dan jadikan tulisan sebagai napas profesionalisme kita. Karena laporan mungkin tersimpan di lemari arsip, tetapi tulisan akan hidup sepanjang zaman.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer)

Pendahuluan

Ketika kita berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, maka ada satu jabatan fungsional yang relatif baru namun memiliki peran sangat strategis, yakni Widyaprada. Widyaprada (WP) adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) di bawah naungan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang diberi tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan penjaminan mutu pendidikan.

Tugas mulia ini meliputi pemetaan mutu, pendampingan, pembimbingan, supervisi, hingga pengembangan model penjaminan mutu pendidikan. Artinya, Widyaprada berada di garda depan untuk memastikan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) dapat dicapai secara merata di setiap daerah dan satuan pendidikan.

Namun, sebuah pertanyaan penting muncul: Apakah cukup bagi Widyaprada hanya bekerja di lapangan tanpa menulis? Jawabannya tentu tidak. Justru menulis adalah salah satu bentuk kontribusi nyata yang membuat keberadaan Widyaprada semakin terasa manfaatnya. Lewat tulisan, pengalaman, analisis, dan hasil kerja Widyaprada dapat menjangkau lebih luas, memberi inspirasi, dan menjadi rujukan bagi banyak pihak.


Pengertian dan Tugas Pokok Jabatan Fungsional Widyaprada

Pada pasal 1 ayat (2) Permendikbud Nomor 37 Tahun 2020 disebukan bahwa Jabatan Fungsional Widyaprada adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. Kemudian pada ayat (3) disebutkan bahwa  Pejabat Fungsional Widyaprada yang selanjutnya disebut Widyaprada adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan kegiatan pemetaan mutu pendidikan, pendampingan satuan pendidikan, pembimbingan satuan pendidikan, supervisi pendidikan, dan/atau pengembangan model penjaminan mutu pendidikan.

Secara garis besar, tugas pokok Widyaprada meliputi:

  1. Pemetaan Mutu Pendidikan – melakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian SNP di daerah maupun satuan pendidikan.
  2. Pendampingan Satuan Pendidikan – memberikan dukungan agar sekolah mampu meningkatkan kualitasnya.
  3. Pembimbingan Satuan Pendidikan – membantu sekolah secara lebih intensif dalam menghadapi kendala peningkatan mutu.
  4. Supervisi Pendidikan – mengawasi, mengevaluasi, serta memberikan masukan agar standar mutu terpenuhi.
  5. Pengembangan Model Penjaminan Mutu – menemukan strategi baru yang relevan dengan dinamika dunia pendidikan.

Semua tugas tersebut menghasilkan data, pengalaman, serta rekomendasi yang sangat kaya. Sayangnya, jika hanya berhenti di laporan administratif, maka pengetahuan berharga itu tidak akan tersebar luas. Di sinilah menulis memainkan peran penting: mengubah data menjadi informasi, informasi menjadi pengetahuan, dan pengetahuan menjadi inspirasi.


Menulis sebagai Bagian dari Kinerja Widyaprada

Seorang Widyaprada sesungguhnya memiliki “tambang emas” berupa pengalaman lapangan. Setiap kali melakukan pemetaan mutu, pendampingan, atau supervisi, selalu ada temuan baru yang bisa menjadi bahan tulisan. Misalnya:

  • Hasil analisis rapor pendidikan di sebuah daerah yang menunjukkan tren literasi dan numerasi menurun.
  • Praktik baik (best practice) sebuah sekolah yang berhasil meningkatkan mutu melalui inovasi sederhana.
  • Catatan advokasi ke pemerintah daerah tentang pentingnya perencanaan berbasis data.

Semua itu dapat dituangkan ke dalam bentuk tulisan, baik berupa artikel populer, laporan analitis, hingga buku. Dengan menulis, Widyaprada bisa menghadirkan rekomendasi nyata yang bermanfaat bagi:

  • Pemerintah pusat, sebagai bahan kebijakan nasional.
  • Pemerintah daerah, sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.
  • Satuan pendidikan, sebagai inspirasi dan panduan praktis.

Tanpa menulis, hasil kerja Widyaprada hanya akan “terkubur” dalam tumpukan laporan. Dengan menulis, hasil kerja itu bisa hidup, menyebar, dan menggerakkan perubahan.


Bentuk Tulisan yang Bisa Dihasilkan oleh Widyaprada

Ada banyak ragam tulisan yang bisa dihasilkan oleh seorang Widyaprada:

  1. Artikel Ilmiah Populer – mudah dipahami masyarakat luas, dapat dipublikasikan di media massa atau blog pribadi.
  2. Praktik Baik Pendampingan – cerita inspiratif tentang keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu.
  3. Kajian Analitis – tulisan yang membahas tren mutu pendidikan berdasarkan data rapor pendidikan.
  4. Buku Antologi – kumpulan pengalaman Widyaprada dalam mendampingi satuan pendidikan.
  5. Tulisan di Media Sosial – refleksi singkat yang bisa menjangkau audiens lebih luas dan cepat.
  6. Artikel Jurnal atau Majalah Pendidikan – karya akademik yang memperkuat reputasi profesional.

Setiap bentuk tulisan memiliki kekuatan masing-masing. Bahkan tulisan sederhana di media sosial bisa menjadi pemantik diskusi dan inspirasi banyak orang.


Menulis untuk Peningkatan Profesi dan Pengembangan Diri

Mengapa menulis penting bagi Widyaprada?

  1. Pengembangan profesi. Tulisan menjadi bukti kinerja intelektual, memperlihatkan kemampuan berpikir sistematis dan kritis.
  2. Refleksi diri. Menulis membantu WP menilai kembali apa yang telah dilakukan di lapangan.
  3. Kepercayaan diri. Tulisan yang dipublikasikan memberi pengakuan sosial dan profesional.
  4. Jejaring profesional. Menulis membuka peluang kolaborasi dan diskusi lintas profesi.

Hambatan Menulis di Kalangan Widyaprada

Sayangnya, tidak semua Widyaprada terbiasa menulis. Hambatan yang sering muncul:

  • Belum menjadi tradisi. Menulis hanya dianggap kewajiban administratif.
  • Rendahnya minat dan kepercayaan diri. Banyak yang merasa tidak berbakat.
  • Keterbatasan waktu. Beban kerja padat sering dijadikan alasan.
  • Minimnya fasilitas publikasi. Tidak semua lembaga menyediakan wadah bagi WP untuk mempublikasikan tulisan.

Strategi dan Solusi Agar Widyaprada Mau Menulis

Bagaimana cara menjadikan menulis sebagai budaya Widyaprada?

  1. Dorongan dan “paksaan positif” – misalnya target menulis rutin setiap bulan.
  2. Pelatihan menulis berkelanjutan. Kegiatan ini bisa difasilitasi oleh Kemendikdasmen, Asosiasi Widyaprada Indonesia (AWI), Balai Besar/Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BB/BBPMP), atau Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BB/BPPMPV).
  3. Peran Kemendikdasmen, AWI, BB/BPMP, BB/BPPMPV. Menjadi fasilitator sekaligus penyedia media publikasi.
  4. Media publikasi internal. Buletin, majalah, jurnal, laman web lembaga.
  5. Tantangan/lomba menulis. Membuat menulis jadi kompetisi sehat.
  6. Sarasehan praktik baik. Forum untuk mempresentasikan karya tulis WP.
  7. Pemanfaatan teknologi digital. Blog, media sosial, dan kini juga Artificial Intelligence (AI).

AI sebagai Sahabat Menulis Widyaprada

Selain membaca artikel atau buku tentang tip dan trik menulis, atau mengikuti pelatihan konvensional, Widyaprada juga bisa memanfaatkan kecerdasan artifisial (AI). AI dapat membantu:

  • Membuat kerangka tulisan.
  • Memberi saran pengembangan ide.
  • Menyusun data atau tabel agar lebih komunikatif.
  • Mempercepat penyusunan draft, yang kemudian bisa diperbaiki dengan gaya pribadi.

AI bukan pengganti kreativitas, melainkan asisten untuk memperlancar proses menulis. Dengan begitu, hambatan teknis maupun keterbatasan waktu bisa diatasi.


Data dan Inspirasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi menulis ASN di Indonesia masih rendah. Banyak ASN hanya terbiasa menulis laporan teknis.

  • Menurut BKN (2024), ada ±4,7 juta ASN di Indonesia, dan 74% berpendidikan S1 atau lebih tinggi. Potensi intelektual besar ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk menulis.
  • Riset literasi digital ASN Sumedang (2022) menunjukkan adanya gap dalam kemampuan publikasi dan pemanfaatan platform digital untuk menulis.
  • Beberapa daerah sudah mulai berinisiatif, misalnya Kabupaten Banggai Kepulauan dengan program ASN Menulis.

Kementerian PANRB juga menegaskan:

“Kemampuan menulis menjadi warisan berharga bagi birokrat muda. Jadi penting bagi kita semua untuk belajar menulis, sehingga pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki bisa dituliskan dalam bentuk yang tampak.” – Teguh Widjinarko, Plt. Deputi SDM Aparatur (sumber: https://www.menpan.go.id/, 20 April 2020).

Pengalaman pribadi saya: menulis lebih dari 1.100 artikel dan 57 buku. Menulis bukan sekadar melahirkan karya, tetapi juga melatih disiplin, konsistensi, dan dedikasi.


Penegasan: Widyaprada Penulis = Widyaprada Produktif dan Inspiratif

Widyaprada yang menulis adalah Widyaprada produktif dan inspiratif.

  • Produktif karena menambah khasanah pengetahuan.
  • Inspiratif karena mampu menggugah dan mencerahkan banyak pihak.

Tulisan WP adalah warisan pengetahuan sekaligus bukti dedikasi terhadap penjaminan mutu pendidikan. WP penulis sejatinya adalah pahlawan penggugah dan pencerah.


Penutup: Ajakan dan Semangat untuk Menulis

Menulis adalah keterampilan sekaligus panggilan. Bagi Widyaprada, menulis berarti mengabadikan kerja nyata, menyebarkan inspirasi, dan memperkuat kontribusi terhadap penjaminan mutu pendidikan.

Maka saya mengajak seluruh Widyaprada di Indonesia: mulailah menulis sekarang juga. Tidak perlu menunggu sempurna. Tulis apa adanya, tulis dari pengalaman nyata, tulis dari hati. Ingatlah, laporan akan tersimpan di lemari arsip, tetapi tulisan akan hidup sepanjang zaman. Menulis bukan soal bakat, melainkan keterampilan yang bisa dilatih.

Mari kita jadikan menulis sebagai napas profesionalisme kita. Karena Widyaprada penulis adalah Widyaprada produktif, Widyaprada inspiratif, pahlawan penggugah dan pencerah penjaminan mutu pendidikan. (IA)

Tim Media